Monday, January 16, 2012
Memetik Hikmah Peristiwa Isra dan Mi'raj
Beberapa hikmah dari peristiwa Isra dan Mi’raj adalah sebagai berikut:
1. Dakwah Islam Bersifat Global
Perjalanan rosululloh saw melintasi mesjid Haram di Mekah dan mesjid Aqso di palestina mengindikasikan bahwa beliau sebagai pemimpin global (internasional), karena sejak jaman dahulu Baitul Maqdis (Palestina) merupakan pusat kekuasaan yahudi dan jajahan romawi (kristen). Di dunia ini pada dasarnya hanya terdapat tiga agama, yakni Islam, ahli kitab, dan agama syirik. Ahli kitab mayoritas berkumpul di eropa, agama syirik berkumpul di Jepang, China, dan India, sementara agama islam tersebar di mana-mana.
Dalam sejarahnya, Islam sebagai kekuatan global dipengaruhi oleh ketangguhan dan konsistensi dakwah para pengikutnya. Sejarah mencatat, pada abad ke-8 terjadi perang Tartar antara pasukan Barbar dengan umat Islam di Baghdad. Pasukan Barbar manyerbu Bagdad yang saat itu sebagai pusat peradaban dunia. Pasukannya membunuh ratusan ribu penduduk dan membakar buku-buku, sehingga sungai yang melintasi kota itu menjadi hitam karena darah dan abu buku.
Saat itu, para ulama berkumpul membahas langkah apa yang harus dilakukan sebagai balasan atas sikap barbar yang sangat kejam itu. Seorang ulama tampil dan mengusulkan untuk mendakwahinya dengan islam. Maka didakwahilah pasukan Barbar itu dan jadilah mereka sebagai muslim yang taat. Keturunanya menjadi khilafah Islam Turki Usmani yang kekuasannya sangat besar selama kurang lebih 6 abad. Peninggalannya pun masih bisa kita saksikan sampai saat ini baik di Turki maupun di Mesir.
2. Ditunjukkan Ayat-Ayat Kebesaran Ilahi
Seandainya bumi yang kita tinggali ini dibandingkan dengan alam semesta (planet dan galaksi), maka bumi ini hanyalah debu yang sangat sangat kecil, seperti halnya debu di padang pasir. Manusia tidaklah berarti apa-apa atau zero di hadapan Alloh sebagai sang pencipta alam semesta ini. Kita tidak boleh sombong dengan keberadaan diri kita. Hikmah dari Isra Mi’raj, sebelum menjadi pemimpin haruslah mengetahui kebesaran Alloh agar tidak sombong karenanya. Turunnya nabi dari langit agar menjadikannya lebih tunduk dan tawadlu kepada Alloh swt.
Kita akan menjadi besar bukan karena sombong, namun karena kerja keras atau beramal, nabi bersabda, “Fatimah, bekerja keraslah engkau, karena aku tidak bisa menyelamatkanmu di akhirat”. Kita akan besar kalau mencari dan bergantung kepada kebesaran Alloh swt.
3. Umat Islam adalah Umat yang Besar.
Sepanjang sejarahnya, umat islam relatif bisa menyelesaikan problem besar dalam dirinya sendiri. Kasus perang Tartar di atas menjadi salah satu contoh penyelesaian masalah yang dihadapi umat islam saat itu. Sejarah lain mencatat bahwa asal muasal kekuasaan Islam di India, diawali oleh dakwah seorang ulama kepada anak raja India saat itu. Anak salah satu raja (Syah Jehan) tersentuh hatinya dengan islam dan ketika ia naik tahta jadilah islam berjaya. Syah Jehan membangun Taj Mahal yang dipenuhi bebatuan yang sangat mahal harganya. Dia sempat berkata, “Dahulu saat Fir’aun berkuasa di mesir mahkotanya dari kayu, namun dia ingkar kepada Alloh. Namun, walaupun mahkota saya dari bebetuan yang sangat mahal, saya akan tetap sujud kepada Alloh”.
Islam merupakan kekuatan yang sangat luar biasa, salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan penduduk pemeluknya jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan penduduk masyarakat Eropa, Jepang dan bahkan Yahudi. Sehingga akan sulit menghilangkan umat Islam di muka bumi ini. Di samping itu di dalam islam pemeluknya tidak diperbolehkan merokok dan minum alkohol, yang sebenarnya akan merusak kesehatan.
4. Kebesaran Islam Karena Dakwah, Bukan Kekerasan
Tidak ada satu ayatpun dalam al-Qur’an yang membolehkan kekerasan atas nama pribadi, yang ada atas nama negara. Peperangan yang boleh terjadi dalam islam harus atas nama negara. Dakwah islam tak perlu dengan kekerasan, karena ajaran islam sudah luhur dan besar. Sebagaimana rosul sukses dalam menyebarkan islam karena kebesaran dalam berdakwah dan membangun karakter umat.
Saat ini yang terjadi adalah munculnya sikap ektrimisme dari sebagian umat islam. Nabi berkata, “Ada jalan yang lurus, namun di sampingnya ada jalan yang tidak lurus”. Berjalan di jalan lurus sangatlah susah, biasanya kita mau mengambil jalan pintas dan tergoda dengan bujukan syetan.
Dalam sejarah beragama terjadi dua kutub ektrimisme, yaitu ekstimisme Yahudi dan ekstrimisme Nasrani. Kutub Yahudi berlandaskan dominasi logika dan akal (liberal), dan mereka tidak percaya atas teks dalam kitab suci. Sementara kutub Nasrani sebaliknya, mereka terlalu percaya pada teks yang sangat kaku. Dalam menyikapi teori bumi bulat di abad pertengahan eropa, orang-orang nasrani di bantai karena kekakuan pemahamannya.
Kita harus menghindari ekstrimisme, yang diambil adalah jalan pertengahan. Secara konkritnya, kalau urusan ibadah dan aqidah harus disikapi dengan mutlak, namun dalam bermuamalah masih bisa dikembangkan lagi misalnya dalam hal iptek, ekonomi syariah, pendidikan, dan lain sebagainya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment